Minggu, 14 Februari 2016

MOTIVASI PENGGUNAAN TRANSISI DALAM VIDEO EDITING

Setiap video yang dipotong dari gambar ke gambar lainnya disebut dengan metode editing cut to cut . tetapi jika perpindahan ke gambar lainnya dengan beberapa gerakan ataupun tambahan video dapat dikatakan editan video tersebut menggunakan sebuah transisi, entah itu dissolve (transisi transparan halus, dip to color (transisi warna), wipe , zoom, flash, blur dan lain – lain. Ada banyak transisi yang bisa digunakan pada software editing video, apalagi software professional seperti Adobe Premiere dan Final Cut Pro.

Dan kali ini saya akan menceritakan sedikit pengetahuan saya bagaimana dan kapankah penempatan transisi itu. Pertama yang harus dilihat adalah video yang kita buat sendiri, apakah hanya penyampaian gambar biasa seperti berita ataupun mempunyai cerita dan hiburan dalam video tersebut. Nah jika anda menggunakan perpindahan biasa saja atau mengedit sebuah informasi seperti berita pada umumnya, biasanya seorang editor hanya menggunakan maksimal 2 transisi, misalnya “dissolve” untuk perpindahan halus, ataupun flash putih untuk perpindahan tempat atau tema. Tetapi jika tidak membutuhkan transisi dan hanya berita biasa tentu saja hanya menggunakan metode penyambungan gambar “Cut to Cut”.

Berbeda halnya dengan sebuah video yang menggunakan banyak macam transisi dan tidak sesuai dengan temanya, maka dapat dikatakan anda telah berhasil mengedit sebuah slide show foto. Tetapi jika anda ingin membuat sebuah video bercerita dan menggunakan tematik tertentu, ada baiknya jangan menggunakan terlalu banyak transisi, sebaiknya dipilih dan diseleksi dulu transisi apa yang anda ingin gunakan. Saya ambil contoh jika anda sedang membuat film pendek bertema action dan menegangkan kemungkinan besar transisi yang digunakan adalah “dip to black”, kenapa saya katakan demikian, karena film action atau menegangkan lebih focus terhadap kejadian dan membuat penasaran penonton, oleh karena itu jika salah satu adegan atau beberapa adegan yang menampilkan sosok misterius tentu saja sosok tersebut pasti hilang dari mata penonton film sendiri, oleh karena itu transisi “dipto black” lah yang bagus digunakan, agar kesannya penutupan video atau moment pas dengan suasan film tersebut. Tidak mungkin jika editor memasukakkan trasisi “linear wipe” (gambar datang dari kiri / kanan) pasti itu akan membuat mood penonton jadi berubah karena perpindahan gambar yang salah. Jika anda ingin melihat contoh lebih jelas, silahkan nonton thriller film action.
Begitu pula sebaliknya jika anda mengedit sebuah film komedi atau hiburan, pastinya transisi yang digunakan agak bervariatif atau lebih hidup dibandingkan dengan transisi film action. Karena pada dasarnya film atau hiburan audio visual tidak hanya dilihat siapa pemain dan bagaimana ceritanya, tetapi packaging atau kemasan dari film itu sendiri, salah satunya “transisi video”. Apalah arti sebuah film bagus jika bungkusannya jelek dan editannya ala kadarnya.

Demikianlah tips dari saya, semoga bermanfaat dan dapat membantu mendapatkan inspirasi mengedit, jika ada salah kata dan pengertian saya mohon maaf, karena ini semua murni dari pengalaman dan review saya sebagai editor. Sekian dan salam Yusri Pradana.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar